Kamis, 01 Mei 2014

Bimbingan dan konseling

PENGERTIAN DAN SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING A. PENDAHULUAN Istilah Bimbingan dan Konseling sudah sangat populer dewasa ini, dan bahkan sangat penting peranannya dalam sistem pendidikan kita dewasa ini. Ini semuanya terbukti karena Bimbingan dan Konseling telah dimasukkan dalam kurikulum. Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita, mengingat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu adalah merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya (bakat, minat, dan kemampuannya). Kepribadian menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuannya meliputi masalah akademik dan ketrampilan. Tingkat kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang adalah merupakan suatu gambaran mutu dari orang bersangkutan. Pada masyarakat yang semakin maju, masalah penemuan identitas pada individu menjadi semakin rumit. Hal ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat maju kepada anggota-anggotanya menjadi lebih berat. Persyaratan untuk dapat diterima menjadi anggota masyarakat bukan saja kematangan fisik, melainkan juga kematangan mental psikologis, kultural, vokasional, intelektual, dan religius. Kerumitan ini akan terus meningkat pada masyarakat yang sedang membangun, sebab perubahan cepat yang terjadi pada masyarakat yang sedang membangun, akan merupakan tantangan pula pada individu atau siswa. Keadaan semacam inilah yang menuntut diselenggarakannya Bimbingan dan Konseling di sekolah. B. PENGERTIAN DAN SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Pengertian Bimbingan Pengertian bimbingan sangat banyak dikemukakan oleh pakar-pakar bimbingan dan konseling, terutama yang berasal dari Amerika Serikat, Negara asal bimbingan dan konseling itu. Pada mulanya bimbingan dimaksudkan sebagai usaha membantu para pemuda agar mendapatkan pekerjaan. Hal ini berguna untuk mengatasi kenakalan remaja, dengan asumsi bahwa memberikan pekerjaan diharapkan ketegangan emosional dan keliaran remaja dapat berkurang. Arthur J. Jones (1970) mengartikan bimbingan sebagai “The help given by one person to another in making choices and adjustment and in solving problems”. Pengertian bimbingan menurut Arthur ini amat sederhana yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si terbimbing sehingga ia mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Frank W. Miller dalam bukunya Guidance, principle and services (1968), mengemukakan Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat. Berbeda dengan Miller, Peters dan Shertzer (1974) mengemukakan Bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu agar ia memahami dirinya dan dunianya,sehingga dengan demikian ia dapat memanfaatkan potensi-potensinya (Sofyan S. Willis, 2004: 10-14). Bimbingan adalah suatu bentuk layanan yang bersifat universal tidak terbatas hanya pada sekolah atau keluarga, tetapi bimbingan juga dapat di temukan dalam seluruh fase kehidupan didalam keluarga, dalam bisnis dan industry, dalam pemerintahan, dalam kehidupan masyarakat, di dalam rumah sakit, dalam lembaga pemasyarakatan, panti werda dan sebagainya (Hellena, 2001: 8). 2. Pengertian Konseling Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu Consilium yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-saxon, istilah konseling berasala dari Sellan yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan” (Prayetno, 2004: 99). Secara historis asal mula pengertian konseling adalah untuk memberi nasehat, seperti penasehat hukum, penasehat perkawinan dan penasehat camping anak-anak pramuka. Kemudian nasehat itu berkembang ke bidang-bidang bisnis, manajemen, otomotif, investasi dan financial. English & English pada tahun 1958 mengemukakan arti konseling adalah suatu hubungan antara seseorang dengan orang lain, dimana seseorang berusaha keras untuk membantu orang lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya. Pada tahun 1955 Glen E. Smith mendefenisikan konseling sebagai suatu proses dimana konselor membantu konseli (klien) agar ia dapat memahami dan menafsirkan fakta-fakta yang berhubungan dengan pemilihan, perencanaan dan penyesuaian diri sesuai dengan kebutuhan individu. Milton E. Hahn (1955) mengatakan bahwa konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan seorang dengan seorang yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas professional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien mampu memecahkan kesulitannya (Sofyan S. Willis, 2004: 17-18). Jadi, dapat kita simpulkan Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup. Ada 5 hal yang akan di capai dengan usaha bimbingan dan konseling di sekolah, yaitunya untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan, untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal, untuk dapat mengarahkan diri sendiri dan untuk dapat mewujudkan diri sendiri (Syahril, 1987: 46-47). 3. Sejarah Bimbingan Dan Konseling Melihat sejarah perkembangannya, bimbingan konseling berawal dari Amerika Serikat yang dipelopori oleh seorang tokoh besar, yaitu Frank Parson melalui gerakan yang terkenal yaitu Guidance Movement (gerakan bimbingan). Awal dari gerakan ini dimaksudkan sebagai upaya mengatasi semakin banyaknya veteran perang USA yang tidak memiliki peran. Oleh karena itu, Parson berupaya memberi bimbingan Vocational sehingga veteran-veteran tersebut tetap dapat berkarya sesuai dengan kondisi mereka (Sutirna, 2012:28-29). Khusus di bidang pendidikan di Amerika Serikat terdapat beberapa factor yang mendorong berkembangnya pelayanan bimbingan di sekolah yaitu : perkembangan demokrasi dalam bidang pendidikan, perluasan program pendidikan baik secara vertical maupun secara horizontal, perkembangan teknologi yang mengakibatkan tergantinya tenaga manusia oleh alat-alat elektronik yang mengimplikasikan pengangguran sehingga membutuhkan usaha untuk menyalurkan tenaga-tenaga kerja secara tepat dan efektif, kondisi moral dan keagamaan, kondisi-kondisi social ekonomis, konsep individualisme (Syahril, 1987: 67-68). Jones (1963) menyatakan bahwa konseling sebagai salah satu teknik dari bimbingan. Bimbingan memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian konseling sehingga Jones menyatakan bahwa konseling merupakan bagian dari bimbingan (Sutirna, 2012:16). Di Indonesia, periode pertama, di mulai sejak tahun 1962. Pada saat ini bimbingan dan konseling mulai berkembang di sekolah-sekolah di Indonesia, khususnya SMA, yang pada saat itu disebut SMA Gaya Baru. Bermula dari banyaknya pakar pendidikan yang telah menamatkan studinya di AS dan kembali ke Indonesia dengan membawa konsep-konsep bimbingan dan konseling, hal itu terjadi sekitar tahun 60-an. Tidak dapat dibantah bahwa para pakar pendidikan itu telah menggunakan dasar-dasar pemikiran yang diambil dari pustaka AS. Khusus mengenai pandangan terhadap anak didik mempunyai potensi untuk berkembang karena itu pendidikan harus memberikan situasi kondusif bagi perkembangan potensi tersebut secara optimal. Potensi yang dimaksud adalah potensi yang baik, yang bermanfaat bagi anak dan masyarakatnya. Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia cendrung berorientasi layanan pendidikan dan pencegahan. Sejak tahun 1975 bimbingan dan konseling di galakkan di sekolah-sekolah, upaya ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa sehingga ia dapat berkembang seoptimal mungkin. Dalam pelaksanaannya bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah lebih banyak menangani kasus-kasus siswa bermasalah dari pada pengembangan potensi siswa (Sofyan S. Willis, 2004:1-2). Sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20-24 Agustus 1960. Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 berdiri proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini bimbingan dan penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan” pada PPSP. Lahirnya kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat pedoman bimbingan dan penyuluhan, selanjutnya pada tahun 1975 berdiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang, IPBI inilah yang memeberikan pengaruh besar terhadap perluasan program bimbingan di sekolah. Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA bimbingan penyuluhan di IKIP untuk mengisi jabatan guru bimbingan dan penyuluhan disekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 jurusan bimbingan dan penyuluhan. Keberadaan bimbingan dan penyuluhan secara legal formal diakui tahun1989 dengan lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989. Sampai tahun 1993 pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan disekolah tidak jelas, muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah. Pada tahun 2001 terjadilah perubahan nama dari IPBI menjadi Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indonesia (ABKIN). Penggantian dan pemunculan nama ABKIN ini dilandasi oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan public. ABKIN inilah sekaligus sebagai organisasi professional bagi seluruh insan bimbingan dan konseling di Indonesia (Sutirna, 2004:30-32). C. KESIMPULAN Makna bimbingan selalu berdampingan dengan makna konseling atau dengan kata lain bahwa makna dari bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan. Dalam pelaksanaannya bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan, artinya dalam satu kesatuan yang utuh. Namun, perlu diingat bahwa setiap bimbingan belum bisa dikatakan sebagai konseling, tetapi jika konseling dapat dipastikan bimbingan, karena setiap pelaksanaan konseling intinya harus ada masalah yang akan didiskusikan. D. KRITIK DAN SARAN Penulis menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis, guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir, tidak lupa penulis mengucapkan rasa syukur kehadiran Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini. DAFTAR KEPUSTAKAAN Sutirna, Bimbingan Dan Konseling. Cv. Andi Offset, Bandung. 2012 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori Dan Praktek. Cv. Alfabeta, Bandung. 2004 Prayetno, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, Bineka Cipta, Jakarta. 2004 Syahril, Pengantar Bimbingan Dan Konseling, Angkasa Raya. 1987 Hellena, Bimbingan Dan Konseling, IAIN IB Press, Padang. 2001 ayu-krisna5.blogspot.com/2012/09/makalah-sejarah-bimbingan-konseling.html http://belajarpsikologi.com/pengertian-bimbingan-dan-konseling

Tidak ada komentar:

Posting Komentar