Kamis, 01 Mei 2014

Psikologi perkembangan, penegertian pertumbuhan dan perkembangan

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN A. PENDAHULUAN Dalam usaha memahami psikologi perkembangan, ada baiknya kita ketahui apa yang dimaksud dengan perkembangan. Mulanya kata perkembangan berasal dari biologi, kemudian pada abad ke-20 ini kata perkembangan dipergunakan oleh psikologi. Karena penggunaanya pertama dalam biologi, pada masa berikutnya ada ahli-ahli yang menyebut pertumbuhan di samping kata perkembangan, bahkan ada yang menyebut kedua istilah itu untuk maksud yang sama. Istilah “perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. B. PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN 1. Pengertian perkembangan Secara sederhana, Seifert dan Hoffnung (1994) mendefenisikan perkembangan sebagai “long-term changes in a person’s growth, feeling patterns of thinking, social relationship, and motor skills.” Sementara itu, Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai: (1) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), perkembangan secara luas menunjukkan pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Di dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian. Menurut F.J Monks, dkk (2001), penegertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasakan dan belajar.” (Desmita, 2009:8-9) Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Van Den Daele “perkembangan berarti perubahan secara kualitatif”. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. (Elizabeth B. Hurlock, hal.2) Perkembangan juga dapat didefenisikan sebagai perubahan bentuk fisik, struktur saraf, perilaku, dan sifat yang terbentuk secara teratur dan berlangsung terus. Dalam 20 tahun pertama dalam kehidupan, perubahan ini biasanya menghasilkan cara bereaksi baru dan lebih baik yaitu perilaku yang lebih sehat, lebih terorganisasi, lebih kompleks, lebih stabil, lebih mampu atau lebih efisien. Salah satu tujuan psikologi perkembangan ialah untuk memahami perubahan yang terjadi dengan bertambahnya usia yang tampak universal, yakni perubahan yang terjadi pada semua anak, tidak jadi soal apapun latar kebudayaan tempat mereka tumbuh atau pengalaman yang dimilikinya. (Paul Henry Mussen, dkk, 1988:7) Kesimpulan umum yang dapat diambil dari beberapa defenisi diatas adalah bahwa perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan dan belajar. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian. Ini menunjukkan bahwa sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif dan berkesinambungan. 2. Pengertian pertumbuhan Dalam konsep perkembangan juga terkandung pertumbuhan. Pertumbuhan (growth) sendiri sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. C.P. Chaplin (2002) mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Menurut A.E Sinolungan (1997), pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh. Sedangkan Ahmad Thonthowi (1993), mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-sel. Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan dalam konteks perkembangan merujuk perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru, dan sebagainya. Pertumbuhan fisik bersifat meningkat, menetap dan kemudian mengalami kemunduran sejalan dengan bertambahnya usia. Ini berarti bahwa pertumbuhan fisik ada puncaknya. Sesudah suatu masa tertentu fisik mulai mengalami kemunduran dan berakhir pada keruntuhan di hari tua, dimana kekuatan dan kesehatannya berkurang, pancaindra menjadi lemah atau lumpuh sama sekali. Berbeda halnya dengan perkembangan aspek mental atau psikis yang relative berkelanjutan, sepanjang individu yang bersangkutan tetap memeliharanya. Dengan demikian, istilah “pertumbuhan” lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju pada keruntuhannya. Sedangkan istilah “perkembangan” lebih menunjuk pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat. Perkembangan rohani tidak terhambat walaupun keadaan jasmani sudah sampai pada puncak pertumbuhannya. Meskipun terdapat perbedaan penekanan dari kedua istilah tersebut, tetapi dalam literatur psikologi perkembangan istilah “pertumbuhan” digunakan dalam pengertian yang sama dengan “perkembangan”. Bahkan menurut Witherington (1986) “pertumbuhan dalam pengertiannya yang luas meliputi perkembangan.” (Desmita, 2009:10-11) 3. Prinsip-prinsip perkembangan a. Perkembangan Melibatkan Perubahan Berkembang berarti mengalami perubahan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan secara kuantitatif disebut juga pertumbuhan. Pada pertumbuhan ada peningkatan ukuran maupun struktur atau proporsi tubuh. b. Perkembangan Awal Lebih Kritis daripada Perkembangan Selanjutnya. Saat anak berusia 0 – 5 tahun merupakan saat yang kritis bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan awal kehidupan merupakan landasan bagi pembentukan dasar – dasar kepribadian seseorang. Prilaku yang terbentuk cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap prilaku anak sepanjang hidupnya. Pada saat ini juga terbentuk kepercayaan dasar yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak selanjutnya. Beberapa kondisi yang mempengaruhi dasar awal perkembangan antara lain : hubungan antarpribadi terutama dengan anggota keluarga, keadaan emosi yang terbentuk karena sikap menerima atau menolak dari orang tua atau anggota keluarga yang lain, cara atau pola pengasuhan anak, latar belakang keluarga, serta rangsangan yang diberikan. c. Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar. Menurut teori Konvergensi yang dikemukakan oleh Stern, perkembangan seseorang merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Menurut teori Naturalisme perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor alam, bakat pembawaan, keturunan, termasuk didalamnya kematangan seseorang. Sementara itu, teori Empirisme berpendapat bahwa perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor lingkungan tempat anak itu berada dan tumbuh – kembang, termasuk didalamnya lingkungan keluarga, sekolah, dan belajar anak. Kenyataannya, faktor pembawaan maupun lingkungan saling mempengaruhi dalam perkembangan seseorang. Kedua faktor tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan seseorang. d. Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu yang Dapat diramalkan. Perubahan akibat perkembangan yang terjadi pada seseorang mengikuti pola urut tertentu yang sama. Perkembangan fisik dan psikis bayi, misalnya mengikuti arah anggota tubuh. Serta menyebar keseluruh tubuh. Demikian juga pada perkembangan pola anak belajar berjalan. Sebelumnya, anak mampu duduk lebih dahulu, berdiri, baru dapat berjalan. Urutan pola ini tetap pada setiap anak, hanya berbeda dalam kecepatan yang dibutuhkan setiap anak. e. Pola Perkembangan Memiliki Karakteristik Tertentu. Pola perkembangan, selain mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan, juga terdapat pola-pola perkembangan karakteristik tertentu. Perkembangan pun berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini berarti, perkembangan aspek sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Demikian pula ada korelasi dalam perkembangan, artinya pada waktu perkembangan fisik berlangsung dengan cepat maka terjadi pula perkembangan aspek- aspek lainnya. Kondisi yang mempengaruhi pola perkembangan ada yang bersifat permanen/ tetap seperti sebelum dan saat kelahiran. Tetapi ada pula yang bersifat temporer seperti kondisi lingkungan. f. Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan. Adanya perbedaan individu dalam perkembangan disebabkan setiap anak adalah individu yang unik, yang satu sama lain berbeda, kendati anak kembar. Perbedaan individu ini disebabkan oleh factor internal seperti sex atau jenis kelamin, factor keturunan, juga factor eksternal seperti factor gizi, pengaruh social budaya, dll. Perbedaan perkembangan juga terjadi dalam kecepatan dan cara berkembang. Dengan mengetahui adanya perbedaan individu, maka kita tidak dapat berharap semua anak pada usia tertentu akan memiliki kemapuan perkembangan yang sama. Oleh karena itu, kita tidak dapat memperlakukan semua anak dengan cara yang sama. Pendidikan anak harus bersifat perseorangan, maksudnya pendidikan dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan perbedaan, kondisi, bakat dan kemampuan serta kelemahan setia individu anak. Dengan demikian diharapakan setiap anak, dapat berkembang optimal sesuai dengan potensi dirinya. g. Setiap Periode Perkembangan Memiliki Karakteristik Khusus. Dengan memperhatikan karakteristik khusus, pada setiap periode atau tahapan perkembangan, maka diharapkan kita mendapat gambaran mengenai apa yang akan terjadi sehingga dapat menyikapinya dengan tepat dan membantu perkembangan anak secara optimal. Apabila individu telah mampu mengadakan penyesuaian dirinya dengan perkembangan yang terjadi maka terciptalah suatu keseimbangan (equilibrium). Selajutnya, individuberupaya melepaskan diri dari ketergantungan dengan lingkungan atau keadaan sebelumnya untuk mencari sesuatu yang lebih baru sehingga terjadi keadaan ketidak seimbangan (disequilibrium). Hal ini terjadi secara berkelanjutan dalam perkembangan kehidupan sesesorang. h. Terhadap Harapan Sosial pada Setiap Periode Perkembangan. Pada setiap periode perkembangan juga terdapat harapan sosial, yang oleh Havighurst disebut tugas perkembangan (development task). Mengingat pentingnya peran tugas perkembangan pada setiap periode perkembangan, maka akan dibahas secara tersendiri khususnya tugas perkembangan pada periode anak usia SD/MI (6-12 tahun). Peserta didik yang mengalami keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya akan mengalami rasa bahagia. Sebaliknya, peserta didik yang mengalami kegagalan atau kekurang berhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, akan merasa kurang bahagia sehingga dapat menghambat perkembangan selanjutnya. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Perkembangan tiap-tiap individu tidaklah sama, hal ini sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: a. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu. Semenjak dari dalam kandungan, janin tumbuh menjadi besar dengan sendirinya, dengan kodrat-kodrat yang dikandungnya sendiri, diantara faktor-faktor didalam diri yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah bakat atau pembawaan, sifat-sifat keturunan, dorongan dan instink. b. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu. Perkembangan itu didorong dari dalam, dan dorongan itu dapat melaju atau terhambat oleh faktor-faktor yang berada di luar dirinya, diantara faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan individu adalah makanan, iklim, kebudayaan, ekonomi dan kedudukan anak dalam lingkungan keluarga. c. Faktor-faktor umum. Yaitu unsur-unsur yang dapat digolongkan dalam kedua penggolongan sebelumnya (faktor dari dalam dan luar) atau campuran keduanya, diantara faktor-faktor umum yang mempengaruhi perkembangan individu adalah intelegensi, jenis kelamin, kelenjer gondok, kesehatan, dan ras. (Desmita, 2009:27-33) Pendapat para ahli tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan: a. Aliran Navitisme (Arthur Schopenhouer) Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan menentukan keadaan yang bersangkutan sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Teori ini menimbulkan pandangan bahwa seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah sehingga individu sangat tergantung kepada sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tuanya. Contohnya: orang tua yang ahli dibidang menyanyi, maka anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi penyanyi juga. b. Aliran Empirisme (John Locke) Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh empirisnya atau pengalaman- pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Dalam pengertian pengalaman termasuk juga semata-mata tergantung kepada lingkungan dan pengalaman pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Menurut teori ini individu yang dilahirkan sebagai kertas atau meja yang putih bersih yang belum ada tulis-tulisannya. Akan menjadi apakah individu itu kemudian, tergantung kepada apa yang dituliskan di atasnya.karena itu peranan pendidik dalam hal ini sangat besar, pendidikanlah yang akan menentukan keadaan individu itu di kemudian hari. Contohnya: jika ada seorang anak yang memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari olahraga di bidang bulu tangkis di sekolahnya tentu ia akan menjadi seorang pemain bulu tangkis. Karena ia mempunyai pengalaman belajar di bidang olahraga ia tak akan pernah menjadi penyanyi, walaupun orang tuanya seorang penyanyi juga. c. Aliran Konvergensi (William Stern). Aliran ini merupakan teori gabungan (konvergensi) dari kedua teori diatas yang mana aliran konvergensi ini berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan memilki andil yang sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. C. PENUTUP 1. Kesimpulan Dalam psikologi perkembangan, perlulah dibahas apa itu perkembangan dan pertumbuhan, dan juga dalam perkembangan ada prinsip-prinsip perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut. Pertumbuhan dalam konteks perkembangan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif. Dengan demikian istilah “pertumbuhan” lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu laju titik optimum dan kemudian menurun menuju keruntuhannya. Sedangkan “perkembangan” lebih menunjuk pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat. 2. Kritik dan saran Penulis menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis, guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir, tidak lupa penulis mengucapkan rasa syukur kehadiran Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini. DAFTAR KEPUSTAKAAN Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan. Erlangga. Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum. Andi, Yogyakarta: 2003. Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Pt. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009. Mussen, Paul Henry, Perkembangan Dan Kepribadian Anak, Erlangga, Jakarta, 1988.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar